Berita Terkini

Catur Guru Bekti dan Tingkat Partsipasi Suku Tengger

Probolinggo, kpu.go.id- Orang Tengger memiliki filosofi atau ajaran yang menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan. Falsafah yang diberi nama catur guru bekti itu terdiri dari empat ajaran, yakni bekti kepada Yang Maha Kuasa, bekti kepada orang tua, bekti kepada guru dan bekti kepada pemerintah. Dengan catur guru bekti, nilai-nilai demokrasi ditanamkan, dan orang Tengger pun menjadi pemilih aktif dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia.

“Orang Tengger takut kualat kalau tidak menjalankan ajaran catur guru bekti. Karena itu, apa yang diajarkan atau dihimbau oleh orang tua, guru maupun pemerintah, pasti diikuti,” ujar Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Tengger (Forkateng), Supoyo dalam sarasehan KPU dengan Forkateng di Bromo Permai, Bromo, Kamis (26/6).

Di Tengger, kata Supoyo, tidak ada orang yang berunjuk rasa atau menggunakan politik uang untuk menjadi seorang pemimpin.

“Di Tengger tidak ada orang yang berambisi jadi pemimpin. Kalau ada yang seperti itu malah tidak akan jadi. Politik uang juga gak berlaku di sini. Justeru masyarakat lah yang membiayai proses pemilihan itu,” sambung mantan Kepala Desa Ngadisari yang kini terpilih menjadi anggota DPRD Probolinggo itu.

Apa yang diucapkan Supoyo terbukti benar. Dalam Pemilu Legislatif 9 April lalu, tingkat partisipasi masyarakat di Tengger yang meliputi dua kecamatan di Kabupaten Probolinggo, mencapai 84 persen. Angka ini bahkan melampaui capaian tingkat partisipasi Kabupaten Probolinggo yang “hanya” 82 persen.

Masyarakat Tengger tersebar di hampir seluruh wilayah pegunungan Boromo, Tengger, Semeru yang melingkupi beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur, seperti Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Pasuruan. Saat ini populasi terpadat Suku Tengger terletak di Kecamatan Sumber dan Sukapura, Kab. Probolinggo.

Senada, Komisioner KPU, Arief Budiman, mengatakan, filosofi catur guru bekti yang dianut masyarakat Tengger sangat ampuh untuk meredam berbagai konflik yang biasa mengiringi proses pemilihan. Bahkan, ajaran itu dapat berfungsi menjadikan setiap warga Suku Tengger sebagai agen sosialisasi.

“Kabupaten Probolinggo, yang di dalamnya terdapat Suku Tengger merupakan daerah yang termasuk tapal kuda, yang diapit oleh dua kabupaten/kota yang hampir selalu berkonflik dalam penyelenggaraan pemilu. Namun anehnya, hanya Kabupaten Probolinggo yang selalu aman dan terhindar dari konflik,” kata Arief.

Ia berharap, ajaran catur guru bekti dapat menjadi pegangan yang terus lestari di tengah arus perkembangan zaman.

“Semoga ke depan akan terbentuk Forum Komunikasi Tengger tingkat provinsi maupun nasional,” harapnya. (dd/dosen/ieam/arf/tdy. Foto KPU/dosen/hupmas)






Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 7,823 kali